TRADISI MADURA "KERAPAN SAPI"


Karapan Sapi atau Kerapan sapi adalah suatu istilah dalam bahasa madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Kerapan berasal dari kata Kerap atau Kirap yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama atau berbondong-bondong. Ada pula anggapan lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti persahabatan. Dalam lomba ini biasanya menggunakan dua sapi. Kecepatan dan keserasian lari pasangan sapi lah yang menentukan kemenangan dalam lomba ini. Kerapan sapi dikendarai oleh seorang joki. Joki ini yang mengontrol arah kemana sapi berlari. Biasanya joki menggunakan keleles untuk mempercepat laju lari dari sapi tersebut.


Adanya kerapan sapi berawal ketika masyarakat madura memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah (membajak sawah). Orang madura dikenal pekerja keras dan tekun. Berangkat dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur.

Setelah masa panen tiba, sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah . Areal tanah sawah yang sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi kerapan sapi itu hingga kini terus berkembang dan dijaga kelestariannya.
Bagi masyarakat Pulau Madura, Kerapan Sapi selain sebagai tradisi juga mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FASILITAS PUBLIK DI UMM

JURUSAN TEKNIK SIPIL DI UMM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG